Bima – Lensa Post,
Rangkaian Safari BBGRM Tingkat Kecamatan Woha,
Jumat (28/8/2015) Pj . Bupati Bima, Drs. Bachrudin, M.Pd melakukan peninjauan
areal tambak garam rakyat di So Mbee Desa Sanolo kecamatan Bolo. Bupati yang
didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bima, Ir. Hj Nurma,
Kepala Bappeda Kabupaten Bima Ir. Indra Jaya, Inspektur Kabupaten Bima
Drs. H. Arifudin HMY dan beberapa kepala SKPD terkait lingkup Pemkab Bima. Kunjungan
diawali peninjauan areal tambak garam dan dilanjutkan dengan panen garam di
areal seluas 35 hektar. Pj. Bupati memaparkan, "sebenarnya produksi garam
rakyat di Kabupaten Bima cukup besar, namun ke depan yang perlu menjadi
perhatian adalah bagaimana garam hasil produksi petani memiliki harga jual yang
tinggi. Oleh karena itu kata Bachrudin, harus ada upaya pemerintah untuk
melindungi petani. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain
mengundang investor untuk investasi garam. Disamping mewajibkan pegawai
untuk mengkonsumsi garam beryodium. Karena itu, perlu membangun kemitraan dalam
tata kelola garam pasca produksi agar petani terlindungi
dan taraf hidupnya ditingkatkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bima Ir. Hj Nurma dihadapan Bupati menjelaskan, saat
ini terdapat program PUGAR, petani diberikan bantuan mesin untuk memompa
air agar petani garam tidak kesulitan air untuk kebutuhan pembuatan garam. "Mulai
tahun anggaran 2015, Kabupaten Bima mendapatkan bantuan sistem geo isolator,
sejenis media plastik HDPE ketebalan 250 mikron sebagai alas pada saat
pembentukan kristal garam". Dengan teknologi ini, maka kualitas garam yang
diproduksi para petani akan lebih baik. Nurma menjelaskan, saat ini
produksi garam ditingkat petani mencapai 154 ribu ton. Dari jumlah ini kata Hj.
Nurma, yang mampu ditampung PT. Garam Budiono sekitar 25 ribu ton, 25 ton oleh
Micronutrient Internasional (MI ) sedangkan sisanya 100 ribu ton
dikirim ke berbagai Pulau seperti Sulawesi, Kalimantan dan wilayah
lainnya". Terkait kegiatan Panen garam di Desa Sanolo,
sebanyak 592 petani di desa tersebut menggantungkan hidupnya sebagai petambak
karena merupakan desa yang memiliki lahan garam paling luas. Khusus di hamparan
So Mbee, luas lahan garam 35 hektar yang melibatkan 68 petambak yang
terbagi dalam 3 kelompok dengan pola korporasi lahan. Hj. Nurma juga
menjelaskan, "dari aspek kapasitas produksi, pemanfaatan teknologi secara
sistematis berpengaruh pada hasil produksi, dalam satu siklus panen yang berlangsung
antara lima hingga enam bulan, produksi garam mencapai 110 ton/ha, sementara
dengan pola tradisional hanya mampu menghasilkan 70 ton/ha. (LP/H-01 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar